Dalam jurnal
yang berjudul “Rumah
Sakit Menyajikan Self-Harm dan Risiko Fatal dan Non-fatal penanggulangan :
Systematic Riview dan Meta-Analysis : e89944” hasilnya
bahwa resiko self injuri awal berasal dari self injuri yang ringan dan
merupakan alasan untuk masuk rumah sakit. Berdasarkan penelitian, mengulangi menyakiti diri juga telah dikaitkan
dengan peningkatan risiko bunuh diri lebih lanjut. Pasien yang hadir ke rumah
sakit untuk menyakiti diri lebih dari sekali memiliki sekitar dua kali lipat
risiko bunuh diri berikutnya dibandingkan dengan mereka yang menyajikan hanya
sekali. Selain itu, ada pengakuan yang berkembang bahwa perkiraan ulang
menyakiti diri dipengaruhi oleh metode pencatatan peristiwa berulang.
Berdasarkan penelitian bahwa kondisi geografis juga mempengaruhi tingkat self
injuri, terutama di negara-negara Asia. Tingkat
keseluruhan pengulangan non-fatal merugikan diri dalam 1 tahun adalah 16,3 %.
Di sini, rumah sakit mempunyai
peran penting untuk hal ini, bagaimana doktrin dari rumah sakit ini menekankan
supaya kejadian ulang self injuri non-fatal berubah menjadi fatal untuk
selanjutnya tidak terulang. Kaitannya
dengan teori REBT milik Albert Ellis adalah dengan mengubah pemikiran irasional
menjadi rasional. Kita ketahui bersama, self injuri/menyakiti diri sendiri
adalah perilaku yang irasional. Mereka menyakiti diri sendiri tanpa sebab yang
jelas dan dapat merugikan diri sendiri. Gangguan kepribadian self injuri ini
pada awalnya tidak ada penerimaan diri yang positif dan selalu menyalahkan
dirinya atau benci dengan dirinya sendiri, sehingga timbullah bentuk fisik
menggores-gores lengan, membenturkan kelapa dilantai/didinding,
menjambak-jambak rambutnya sendiri dan masih banyak perilaku yang lain. Tetapi
anehnya individu dengan gangguan kepribadian self injuri ini menikmati
kegiatannya tersebut tanpa merasakan ngeri ataupun sakit, dan menganggapnya hal
yang wajar. Sebagai individu yang normal, tentu kita akan merasakan sakit,
jangankan menggoreskan silet tajam di lengan, terkena pisau saja rasanya sudah
sakit. Nah pemikiran individu self injuri yang seperti inilah yang perlu di
terapi dengan teori REBT milik Albert Ellis.
Awal yang harus kita lakukan
adalah mengubah B (Belief) irasional
menjadi rasional. Mungkin bagi individu penderita self injuri, menyayat
pergelangan tangan hal biasa bahkan ia sangat menikmatinya. Tetapi coba di
lihat dari segi kesehatan, bagaimana jika lukanya nanti terinfeksi dan akan
menjadi parah bahkan bisa di amputasi (di potong), maka ia akan kehilangan
anggota tubuhnya. Jikapun tidak terinfeksi, bekas luka sayatan tersebut akan
berbekas dan hitam. Bagi seorang wanita yang ingin selalu tampil sempurna akan
terasa minder dengan bekas luka ini, sehingga akan mempengaruhi hubungan
sosial/komunikasi dengan lingkungannya.
Dari segi psikologis, bahwa self
injuri adalah hal yang sangat merugikan. Perilaku self injuri pada awalnya
adalah karena adanya A (activating)
masalah yang tidak terselesaikan dengan baik (stress, depresi dll) yang
kemudian muncullah C (consequence)
yang dalam hal ini adalah self injuri. Apakah dengan self injuri ini
permasalahan individu tersebut akan selesai? tidak begitu. Self injuri ini
hanya sebuah pelampiasan yang tidak akan menyelesaikan masalah. Terlebih lagi
jika di tinjau dari segi kesehatan, akan menimbulkan masalah kesehatan yang
serius, dan ini sesuai dengan jurnal di atas, pengulangan menyakiti diri
sendiri di mulai dari kejadian non-fatal yang merupakan alasan untuk masuk
rumah sakit. Kemudian terapis/konselor melawan D (dispute) keyakinan-keyakinan irasional agar klien/konseli bisa
menikmati dampak-dampak E (efek)
psikologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional. Secara psikososial,
individu penderita self injuri ini akan di jauhi masyarakat karena di anggap
aneh dan berbeda. Hukuman psikososial lebih kejam, sehingga bersikaplah seperti
biasa jika ada masalah yang memang belum terselesaikan. Dan carilah jalan
keluar untuk itu tanpa melukai dan menyakiti diri sendiri. Misalnya dengan
berbagi cerita kepada sahabat atau teman yang mungkin bisa memberi masukan
untuk penyelesaian masalah, bukan untuk di pendam sendiri.