Makalah
PROBLEMATIKA DAKWAH
Disusun untuk memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Setifikasi IV
Dosen Pengampu : Sutipyo R., S.Ag M.Ag
Disusun oleh :
Lilis Ernawati
12001163
Kelas : E
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki 6 macam agama yang diakui secara hukum. Keunikan ini
yang kemudian dijadikan dasar semboyan “Bhenika Tunggal Ika” yang artinya
berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Setiap agama memiliki ajaran tersendiri
untuk diamalkan dalam kehidupan masing-masing agama. Selain itu, setiap agama
memiliki cara tersendiri untuk menyebarluaskan agama yang di anutnya.
Dalam Islam, istilah menyebarluaskan ajaran agama ini di sebut dakwah. Dakwah memerlukan kekuatan
ekstra, tidak hanya mengajak dan berbicara saja tetapi lebih dari itu.
Mengontrol atau mengevaluasi hasil dakwah adalah suatu masalah yang sangat
penting dan urgen dari tujuan dakwah itu sendiri. Dakwah adalah usaha peningkatan pemahaman keagamaan
untuk mengubah pandangan hidup, sikap bathin dan perilaku umat yang tidak
sesuai dengan ajaran Islam menjadi sesuai dengan tuntutan syariat untuk
memperoleh kebahagiaan hidup di dunia. Kegiatan dakwah bukan hanya mencakup
sisi ajakan (materi dakwah) saja, tetapi juga seluruh unsur yang terkait dengan
dakwah yang dapat menjalankan secara efektif tujuan dari apa yang dikehendaki
oleh maksud dan tujuan dakwah itu sendiri.
Problematika dakwah sudah menjadi ’makanan
sehari-hari’ bagi pendakwah, kadangkala permasalahan itu timbul sebelum proses
dakwah, selama proses atau sesudah dakwah itu dilakukan. Tidak dapat
dipungkiri, penyebaran agama islam pada zaman sekarang adalah pewujudan dari
dakwah orang-orang alim sebelum kita.
Dari problematika dakwah, maka perlu adanya manajemen dakwah. Hal yang perlu di perhatikan pertama yaitu perencanaan, karena perencanaan sebagai awal kita melakukan proses
manajemen sebelum kita melakukan pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Problematika berasal dari kata problem yang
artinya soal, masalah, perkara sulit, persoalan. Problematika sendiri
secara leksikal mempunyai arti : berbagai problem. Untuk jadi pengemban dakwah cukup
bermodalkan keimanan, ilmu, dan kemauan.
Allah swt. Berfirman
:وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru manusia menuju Allah?” (QS Fushhilat [41]: 33)
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru manusia menuju Allah?” (QS Fushhilat [41]: 33)
Menurut
Imam al-Hasan, ayat di atas berlaku umum buat siapa aja yang menyeru manusia ke
jalan Allah (al-Qurthubi, Tafsir
al-Qurthubi). Mereka menurut Imam Hasan al-Bashri,
adalah kekasih Allah, wali Allah, dan pilihan Allah. Mereka adalah penduduk bumi yang paling dicintai Allah
karena dakwah yang diserukannya.
Selain
itu, pujian bagi para pengemban dakwah senantiasa disampaikan Rasulullah untuk
mengobarkan semangat para shahabat dan umatnya. Seperti dituturkan Abu
Hurairah: “Siapa saja yang menyeru manusia pada hidayah, maka ia mendapatkan
pahala sebesar yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
sedikit pun pahala mereka.” (HR Muslim)
Para shahabat Rasulullah begitu gigih dan pantang
menyerah dalam berdakwah. Sebagian
besar waktu, tenaga, pikiran, harta-benda, keluarga bahkan nyawa pun rela
mereka korbankan untuk mendapatkan pahala Allah yang melimpah dalam aktivitas
dakwah.
Dan da’i pun bisa seperti para sahabat. Walau tidak
hidup di zaman Rasulullah, tapi warisan beliau yang berupa al-Quran dan
as-Sunnah tetap eksis sampai sekarang dan terjaga kemurniannya.
Ternyata aktivitas dakwah tidak hanya berlimpah
pahala. Dari sisi psikologis, aktivitas dakwah sangat membantu remaja untuk
mengenali diri dan masa depannya. Menurut Maurice J. Elias, dkk dalam bukunya
berjudul “Cara-cara Efektif Mengasuh EQ Remaja”, ada beberapa hal yang
dibutuhkan remaja untuk menjalankan tugas tersebut.
B. Problematika Dakwah
1.
Problematika Dakwah Secara Eksternal
Problematika dakwah secara eksternal yakni
problem-problem, hambatan-hambatan, dan tantangan-tantangan dakwah yang
bersumber dan berasal dari berbagai kalangan dan pihak umat manusia di luar
lingkup kaum muslimin.
Diantaranya adalah yayasan-yayasan yang bergerak dalam
bidang pendidikan. Dengan atas nama pendidikan global dan internasional,
beasiswa ke luar negeri sehingga otak kaum muslimin dicekoki dengan
pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan islam. Sekolahan yang ada di
negara-negara islam dijadikan alat untuk memurtadkan umat islam dan
mendangkalkan akidah umat islam.
Atau juga yayasan perdagangan, dengan alasan bisnis
dan sebagainya, namun diantara dananya digunakan untuk memurtadkan umat islam,
membiayai media untuk merusak citra umat islam dan lain sebagainya.
Namun kita fokuskan pada permasalahan konspirasi
global. Dimana seluruh musuh-musuh islam bersatu padu memerangi umat islam.
Sebenarnya, masalah ini telah ada sejak zaman dahulu kala.
Teori Konspirasi Global adalah suatu pandangan yang
meyakini bahwa terdapat suatu kelompok elit yang menguasai dan mempengaruhi
setiap aspek kehidupan (ekonomi, sosial, budaya, militer, politik,
pemerintahan, media massa, teknologi, bahkan agama) yang memiliki agenda
membentuk satu pemerintahan dunia di bawah satu pemimpin dengan menghalalkan
segala cara. Kelompok elit ini menduduki berbagai posisi penting dari setiap
aspek kehidupan di atas, dan mereka ada di hampir semua negara terutama
negara-negara besar. Mereka saling terhubung satu sama lain dan membentuk suatu
jaringan yang sangat kompleks yang memungkinkan mereka menjalankan berbagai
skenario global (krisis ekonomi, wabah, krisis politik, hingga peperangan). Allah Ta’ala mengingatkan kepada kita dalam surat Al
Anfal ayat 73.
وَالَّذينَ كَفَرُواْ
بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ إِلاَّ تَفْعَلُوهُ تَكُن فِتْنَةٌ فِي الأَرْضِ
وَفَسَادٌ كَبِيرٌ (الأنفال: 73)
“Adapun orang-orang
yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. jika kamu (hai para muslimin)
tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu[625], niscaya akan
terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar”. (Al
Anfal: 73)
[625] yang dimaksud
dengan apa yang telah diperintahkan Allah itu: keharusan adanya persaudaraan
yang teguh antara kaum muslimin.
Syaikh ‘Abdur-Rahman
bin Nashir bin as-Sa’diy Rahimahullahu dalam tafsirnya Taysiru
Karim ar-Rahman fie Tafsiri al-Kalam al-Mannan menjelaskan
bahwa Allah Ta’ala mengikatkan perwalian antara sesama mu’min. Dia juga
mengkabarkan bahwa sifat perkumpulan orang-orang kafir, sebagian mereka
merupakan wali bagi sebagian lainnya. Maka tidaklah menjadikan orang kafir
sebagai teman akrab, pemimpin dan penolong kecuali kafir juga seperti mereka.
Di dalam menghadapi
kubu keimanan front kekufuran “menafikan perseteruan antar sesama mereka”.
Antar sesama kekuatan kafir mempunyai kepentingan dunia yang juga saling
berbenturan. Kadang mereka dapat menegosiasikan kepentingan itu sehingga
sepakat berbagi, namun tak jarang perseteruan itu begitu terbuka tak dapat
ditutupi.
Meskipun begitu, jika
berhadapan dengan kubu keimanan, kekuatan yang berebut kepentingan itu akan
bersatu. Hal ini dikarenakan mereka paham betul bahwa jika mereka memberi celah
kepada kubu kekuatan iman untuk berkembang dan memenangi pertarungan,
kepentingan bersama mereka yang paling mendasar pasti terancam. Titik pertemuan
kepentingan itu adalah “kehidupan mereka yang dilandaskan kepada hawa nafsu”.
Karena itu mereka berdiri di satu front dan membidik dari satu busur.
Karenanya, Allah
Ta’ala memerintahkan kepada orang-orang mu’min untuk melakukan hal yang sama.
Perintah itu ditampilkan dalam balutan penggambaran akibat buruk jika hal itu
diabaikan. Karena tidak ada fitnah dan kerusakan yang lebih besar daripada
merampas Rububiyah Allah, Uluhiyyah-Nya dan hak-hak preogratif-Nya, sehingga
manusia merasa berkuasa di dunia padahal mereka adalah makhluk lemah ciptaan
Allah Ta’ala yang Maha Kuasa.
…Jika kamu (hai para
muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya
akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar. [Al-Anfal:
73]
عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ
فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إذَا اشْتَكَى
شَيْئًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Dari Nu’man bin Basyir Radhiallahu Anhu dari Nabi
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Permisalan orang-orang mu’min
didalam saling mencintai, saling mengasihi dan saling menjaga hubungan sesama
mereka seperti satu tubuh ; jika salah satu bagian merasakan sakit, seluruh
tubuh merasakan demam dan tidak dapat tidur”. [HR. Bukhari dan
Muslim]
عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : الْمُؤْمِنُ
لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
Dari Abu Musa Al Asy’ari Radhiallahu Anhu dari Nabi
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Orang mu’min satu dengan lainnya
seperti bangunan yang sebagiannya menopang sebagian yang lain”. [HR.
Bukhari dan Muslim]
Itulah sebabnya Imam
Asy Syaafi’I Rahimahullahu menyatakan bahwa kekufuran itu adalah satu agama
yang sama. Para abnaa` ash-shohwah al-Islamiyah pasti mengenal
istilah itu. Frase yang menggambarkan perkubuan berbagai aliran faham kekafiran
tatkala berhadapan dengan kekuatan Islam. Kekafiran merupakan agama yang
tunggal, meski berbagai credo, beragam aliran kepercayaan, namun
sejatinya satu. Satu dalam front berhadapan dengan keimanan.
Sebenarnya konspirasi
Global untuk menghancurkan Islam secara sistematis dan terorganisir secara rapi
telah ada sejak masa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Sebagai pembawa
risalah Islam dari Allah Ta’ala, Rasulullah dan para sahabatnya tidak luput
dari konspirasi musuh. Baik sebelum hijrah di Mekkah, ataupun setelah hijrah di
Madinah.
Diantara Konspirasi terhadap
Islam sebelum hijrah adalah penyiksaan terhadap umat Islam. Seperti yang
dilakukan kepada Bilal dan keluarga Yasir Radhiallahu Anhum. Bentuk yang lain
adalah membujuk Rasulullah dan menyebarkan syubuhat tentang pribadi Rasulullah
dengan menuduh beliau sebagai orang gila, Penyihir. Bahkan Konspirasi yang
paling besar adalah adalah upaya untuk membunuh Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam. Namun Allah Ta’ala menyelamatkan Rasulullah dari konspirasi tersebut.
Allah Ta’ala berfirman:
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ
الَّذِينَ كَفَرُواْ لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ
وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللّهُ وَاللّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
“dan
(ingatlah) ketika orang-orang kafir (quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu
untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka
memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah
sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Al-Anfal: 30)
Diantara Konspirasi
terbesar yang dilakukan setelah hijrah adalah upaya untuk menyerang umat islam
dalam perang ahzab yang dilakukan oleh persekongkolan kafir Quraisy, kaum
munafik, dan yahudi.
Konspirasi terhadap islam setelah masa
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Rangkaian konspirasi
tidak berhenti dengan meninggalnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Berbagai upaya dikerahkan sepanjang sejarah untuk menghancurkan eksistensi
Islam dari muka bumi (liyuthfi`u nurallah).
Konspirasi terhadap Islam di masa modern.
Umat islam di zaman
modern menghadapi Konspirasi yang sangat komplikasi. Lebih dari itu kondisi
umat islam di zaman ini sedang kehilangan powernya dalam berbagai lini
kehidupan. Kelemahan ini kemudian menjadi makanan empuk bagi para musuhnya
dalam melakukan konspirasi. Di antara Konspirasi besar yang dihadapi umat Islam
di era kontemporer adalah konspirasi terhadap tanah Palestina, yang dilakukan
oleh Zionis.
Dalam bentuk apa konspirasi global
sekarang ini? Diantaranya:
Pertama,
menghancurkan seluruh gerakan islam di dunia ini khususnya mereka yang bekerja
untuk menegakkan syariat Allah Subhanahu Wa Ta’ala melalui jalan dakwah dan
jihad.
Kedua, menyusupkan
orang-orang ke dalam organisasi pergerakan islam.
Ketiga, mengganti
peran aktivis dakwah yang komitmen terhadap diennya dengan kumpulan orang-orang
yang ghirahnya lemah terhadap islam.
2.
Problematika
Dakwah Secara Internal
Problematika dakwah
secara Internal yaitu
problem-problem, permasalahan-permasalahan, dan hambatan-hambatan dakwah yang
bersumber dan berasal dari lingkup internal kaum muslimin sendiri. Diantara problematika tersebut adalah:
a. Adanya Perpecahan
Antar Gerakan Islam
Perpecahan terjadi
bila setiap jamaah memandang bahwa hanya dirinya satu satunya jamaah kaum
muslimin dan bukan salah satu jamaah dari kaum muslimin. Bahwa seluruh yang haq
ada padanya, sedangkan jamaah yang lain tidak lebih dari kesesatan, bahwa untuk
masuk ke surga dan terhindar dari api neraka adalah dengan bergabung ke dalam
jamaahnya. Seakan akan jamaah inilah satu satunya kelompok yang berhasil,
sedangkan jamaah yang lain rusak semua.
Sekalipun di antara
mereka tidak mengatakan secara lisan, namun mereka berkata dengan bahasa
keadaan. Kondisi inilah yang sering dikeluhkan oleh para pengikut setia
pergerakan yang ikhlas serta memiliki semangat yang kuat untuk menyukseskan
amal islami dan meluruskan jalannya.
Kita berupaya agar
antar jama’ah melakukan upaya pendekatan (taqaarub), kita mengatakan “Taqaarub”
(pendekatan) dan bukan “Wahdatun” (persatuan), karena tidak dapat dipungkiri
banyaknya jumlah jamaah yang berperan aktif untuk Islam. Meskipun kita
menginginkan jamaah-jamaah itu tergabung menjadi satu jamaah dibawah satu
kepemimpinan. Dan itu angan-angan yang sangat indah, akan tetapi tanpa upaya
mewujudkannya, sungguh suatu hal yang sangat sulit dan tidak mudah digapai.
b. Munculnya Faksi-Faksi
Dalam Satu Jama’ah Dan Hilangnya Teladan Baik Dari Para Pemimpin Gerakan
Dakwah.
Diantara krisis besar
yang sedang melanda Gerakan Dakwah hari ini ialah krisis kepercayaan. Krisis
kepercayaan tersebut terjadi dalam semua level kehidupan.
Para aktivis dan
sebagian tokoh yang masih komitmen dengan nilai dan semangat dakwah mengalami
kehilangan kepercayaan terhadap para pemimpin dakwah yang kurang professional
dan bahkan menyimpang. Kondisi seperti ini telah melahirkan faksi, perpecahan,
atau paling tidak perang dingin internal.
Kalau dibiarkan tanpa
ada solusi yang benar, dikhawatirkan akan menimbulkan bencana besar bagi
dakwah, paling tidak seperti yang dirasakan saat ini, hilangnya semangat
berdakwah yang sudah pasti menyebabkan pertumbuhan dakwah menjadi lamban, dan
bahkan mengalami setback (kemunduran), khususnya secara kualitatif. Sejarah
Gerakan Dakwah kontemporer juga mencatat perpecahan internal nyaris tidak dapat
dihindarkan sehingga memunculkan berbagai pecahan atau ibarat sekoci-sekoci
yang lepas dari induknya.
C. Analisis
1.
Mengapa Problematika terjadi
Mengapa problematika terjadi?
Menggugah pikiran kita bukan? Pertanyaan yang cukup simple namun inilah yang
terjadi, problematika ini yang menjadi pertimbangan dan mengevaluasi
pelaksanaan dakwah.
Mengapa terjadi? Dari awal
manusia tercipta, iblis tidak mau menyembah manusia sebagai ciptaan Allah yang
paling sempurna, hingga iblis kemudian meminta kepada Allah untuk menggoda
manusia sampai hari kiamat tiba. Hingga hari kiamat tiba iblis akan tetap
menggoda manusia untuk mengikutinya (iblis), yang pasti pada jalan yang sesat. Dari
sinilah kemudian muncullah pengikut-pengikut iblis yang salah satunya adalah
orang-orang kafir. Intinya orang-orang ini ingin merusak dan menghancurkan
agama Islam karena takut pada keimanan. Berbagai cara mereka lakukan untuk
menjerumuskan kaum muslimin ke jalan sesat, mulai dari menjelek-jelekkan ajaran
islam hingga menyusupkan
orang-orang ke dalam organisasi pergerakan islam
Secara intern umat Islam,
permasalahannya adalah karena lemahnya iman sehingga mudah terombang-ambing
bahkan menjadi pengikut kaum kafir. Umat Islam bagi kalangan ekonomi menengah
kebawah lebih mudah di iming-imingi harta. Dan ekonomi menengah ke atas di
manfaatkan harta bendanya untuk hal-hal yang merusak agama Islam. Begitu
kopleknya problematika umat islam ini.
2.
Langkah-langkah Dakwah
a. Perencanaan dakwah
Tahap ini meliputi membuat susunan materi dakwah yang
akan disampaikan kepada Mad’u (sasaran dakwah) dan juga membuat
susunan acara yang akan dilakukan mulai dari awal hingga akhir acara tersebut. Perencanaan ini harus matang, terlebih menghadapi kekompleksan
problematika dakwah. Perencanaan ini meliputi siapa pelaksana dakwah (subjek dakwah), siapa objek dakwah (mad’u), metode apa
yang di gunakan dalam dakwah, bagaimana logistik dakwah, materi dan bentuk dakwah serta media dakwah yang di gunakan. Terutama pada bidang pendidikan, ekonomi, sosial budaya,
politik dan lain sebagainya.
Terkait dengan mad’u, subjek
dakwah harus memperhatikan latar belakangnya. Selain itu juga harus
memperhatikan metode dan media yang digunakan. Karena strategi yang di atur
sedemikian rupa ini akan menarik jika sesuai dengan mad’u, metode dan media
yang cocok.
b. Pengorganisasian
dakwah
Tahap ini merupakan tahap yang dimana segala anggota
penyelenggara acara berkumpul bersama dan saling bekerja sama dengan harapan
tujuan dakwah tersebut bisa sukses. Pengorganisasian dakwah akan
memperjelas jobdesk (tugas masing-masing pendakwah).
c. Penggerakkan dakwah
Tahap ini merupakan di mana segala anggota yang
terlibat, menjalankan tugasnya masing-masing sesuai dengan perencanaan kegiatan
dakwah yang telah dibuat bersama. Pada tahap ini, antara subjek
satu dengan lain saling mengingatkan supaya adanya kontrol guna memperlancar
dakwah serta menjaga citra pendakwah maupun ajaran agama itu sendiri.
d. Pengendalian dakwah
Tahap ini merupakan suatu upaya mengatur jalannya
acara, agar acara tersebut berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat
bersama. Jadi situasi acaranya bisa terkendali.
e. Evaluasi dakwah
Tahap ini merupakan suatu upaya melihat hasil /
feedback yang diberikan mad’u, setelah mad’u tersebut menerima pesan dakwah
yang disampaikan oleh Da’i. Apa saja kekurangan dan
hambatan dakwah serta bagaimana respon mad’u terhadap kegiatan dakwah dan hal
lain terkait hal-hal yang akan di evaluasi.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dakwah merupakan perbuataan mulia yang beri ganjaran
sangat besar oleh Allah Swt. Dakwah bukan sekedar menyampaikan ajaran Islam
saja melainkan perlu adanya citra dan kesan yang baik supaya ajaran yang di
bawa da’i dapat diterima oleh mad’u.
Melihat problematika dakwah yang sangat kompleks saat
ini, maka perlu di lakukan perencanaan dakwah, pengorganisasian
dakwah, penggerakkan dakwah, pengendalian dakwah dan evaluasi dakwah yang di susun sedemikian rupa
sehingga mampu manarik mad’u dan memberikan kesan yang baik pula. Terutama
dalam bidang ekonomi, politik, sosial budaya dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Rafi’udin.
1997. Prinsip dan Startegi Dakwah. Bandung: Pustaka Setia
Sanwar, Aminuddin.
1986. Pengantar Ilmu Dakwah. Semarang: Fakultas Dakwah IAIN Walisongo.
Sudarto.
2000. Menejemen Dakwah. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar